PeringatanIsra Mi'raj kali ini mengusung tema "Dengan Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW 1434 H/2013 M, Kita Pererat Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insanah dan Ukhuwah Wathonah menuju Sulut Yang Berbudaya, Berdaya Saing dan Sejahtera. Dengan Sub Tema "Menjadikan Manado Kota Yang Menyenangkan Dalam Kebersamaan". Jakarta - Perjuangan menegakkan Islam setelah Nabi Muhammad SAW dilanjutkan oleh para sahabat nabi. Upaya mereka tidak dapat dinilai dengan apapun, termasuk membayarnya dengan emas sebesar Gunung Uhud sekalipun. Kisah kepemimpinan mereka hingga kini masih ramai jadi pedoman dalam menjalankan kewajiban sebagai adalah kisah singkat para sahabat nabi yang berjuang menegakkan agama yang diridhoi Allah Subhanahu Wataála. Mulai dari Abu Bakar As-Siddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi pertama adalah Abu Bakar, Ia mertua Rasul, ayah dari istrinya Aisyah. Sebelum jadi muslim, nama Abu Bakar adalah Abdul Ka’bah, artinya hamba ka’bah. Setelah muallaf diubah jadi Abdullah, artinya hamba Allah. Abu juga digelari Rasul dengan As-Siddiq berarti yang berkata benar. Bukan tanpa alasan Rasul mendaulatnya jadi penerus tonggak dakwahnya. Keutamaan Abu adalah tidak ragu saat Rasul mengajaknya masuk Islam. Saat pengucapan syahadat pun Beliau tidak kepemimpinannya, Abu memulai misi dengan menyerukan agama Allah kepada generasi pertama islam yakni As-Sabiqul Awwalun. Dalam dakwahnya ia sangat sabar dan yang berhasil diajaknya masuk islam adalah Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin Auf. Abu menuntun mereka menemui Rasul untuk belajar Islam hingga mereka sebentar Abu pegang kendali pemerintahan islam. Sebelum kembali kepada Allah, Abu harus menentukan penggantinya. Ia pun meminta Abdurrahman bin Auf menemuinya. Ia tanyakan apakah Umar Bin Khattab bisa menggantikannya. Abdurrahman setuju, menurutnya Umar sangat tepat. Tapi Abdurrahman mengeluhkan sikap Umar yang terlalu keras. Lalu Abu menjawab, “Ia keras karena melihatku lunak, kalau urusan ini sudah berada di tangannya, ia akan lunak.”Baca Sahabat Nabi Menegakkan Islam Bukan Dengan PedangSenin, 22 Jumadil Akhir 13 Hijriyah, Abu wafat. Ia sempat menulis wasiat yang isinya sebgai berikut, “Bismillahirrahmanirrahim. Inilah pesan Abu Bakar bin Abu Quhafah pada akhir hayatnya dengan keluarnya dari dunia ini, untuk memasuki akhirat dan tinggal di sana. Di tempat ini orang kafir akan percaya, orang durjana akan yakin, dan orang yang berdusta akan membenarkan. Aku menunjuk penggantiku yang akan memimpin kalian adalah Umar bin Khatab.”Selanjutnya Umar melanjutkan tampuk kepemimpinan Abu. Umar dikenal dengan keteguhan prinsip, ketegasan, keadilan, dan keberanian sebagai pemimpin, sehingga Umar dianggap sebagai pemimpin ideal kaum Muslim. Begitupun keberadaannya di masyarakat sangat disegani serta dihargai karena sikapnya yang sangat berani menegakkan kebenaran dan hak-hak jadi seorang muslim, Umar sangat memusuhi Islam dengan gencar menghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW, bahkan sampai berniat untuk membunuhnya, tak terkecuali para pengikutnya. Hingga satu waktu, terketuklah hati Umar untuk berhenti mengganggu dakwah Nabi Muhammad SAW, lantas Ia pun memeluk agama Umar bin Khattab mendatangkan pengaruh besar bagi penduduk Makkah. Beliau hadir jadi salah satu penguat dan semangat perjuangan pergerakan Islam bersama Nabi Muhammad Rasul yang melanjutkan perjuangan Umar ialah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy. Pada masa jahiliyyah, Utsman dikenal dengan nama Abu Abdillah. Utsman berasal dari Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin adalah seorang pedagang kain yang sukses. Ia dikenal sebagai ahli ekonomi, dan banyak memiliki hewan ternak. Baiknya, Utsman sangat dermawan dan punya rasa peduli yang pernah membiayai pasukan perang. Setelahnya pun saat kaum muslimin hijrah dan kesulitan mendapatkan air, Utsman membeli sumur seorang Yahudi untuk selanjutnya dipakai kaum masa kepemimpinannya pula penulisan Alqurán dijadikan bentuk mushaf. Awalnya hanya lembaran-lembaran yang mulai ditulis dijaman pemerintahan Khalifah Abu terakhir adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Seorang pemuda pertama dari kalangan Quraisy yang berani masuk Islam. Ali adalah menantu Rasul, karena Ia menikahi Fatimah, putri Rasul. Kehidupan pernikahannya terbilang sangat kepemimpinan Ali adalah hasil pembaiatan oleh masyarakat Arab setelah wafatnya Utsman bin Affan. Cara memimpin Ali mirip dengan Umar bin Khattab. Cenderung keras dan penuh disiplin. Masa pemerintahannya sejak tahun 656 M hingga 661 M. Banyak misi besar yang berhasil dilakukan Ali. salah satunya menghapus nepotisme serta memperluas pengaruh islam ke seluruh 20 Ramadan 40 Hijriyah, menantu Rasulullah, yang juga sahabat nabi, Ali bin Abi Thalib mengembuskan napas terakhir , usianya menginjak 63 tahun. Ia tutup usia karena dibunuh Abdurrahman Bin Muljam, seorang anggota dari Khawarijmi atau kaum pembangkang pada 19 ADAWIYAH NASUTION Tidakboleh mengingkari sesuatu yang sudah disepakati," terang Dai yang kini berdakwah di Indonesia.(Baca Juga: Gus Qayyum: Jaga Ukhuwah Islamiyah di Tengah Perbedaan) Selain kisah Malaikat di atas, ada juga kisah sahabat Nabi yang berselisih usai perang ahzab. Ketika menjelang Zuhur, Rasulullah SAW berjalan menuju Oleh Ahmad Yusuf Abdurrohman “FAQSHUSHIL qashasa, la’allahum yatafakkarun. Maka, kisahkanlah kisah umat-umat terdahulu mudah-mudahan mereka berfikir.” [1] Itulah ayat pembuka yang sering dibacakan oleh khatib Jum’at kami saat memulai khutbahnya. Intinya, bacalah kisah-kisah tentang para umat yang mendahului kita. Agar kita senantiasa mengambil pelajaran darinya. Jika dalam kisah itu ada kebaikan, hendaklah kita meneladaninya serta mengamalkan seperti apa yang mereka amalkan. Namun, jika di dalamnya ada keburukan maka sudah selayaknya kita memohon pertolongan Allah agar dijauhkan dari perbuatan tersebut. Karena, orang yang baik adalah orang yang tak mau terjatuh dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Maka, marilah kita kembali membuka lembaran sejarah. Membaca kembali kisah kehidupan generasi terbaik ummat ini. Generasi yang disebutkan oleh Rasulullaj dalam sabdanya; “Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka generasi berikutnya, lalu orang-orang yang setelah mereka .” [2] Marilah kita coba membuka lembaran sejarah di tahun pertama hijrahnya umat Islam dari makkah ke Madinah. Di mana ukhuwah ummat ini dimulai. Adalah keinginan Rasulullah saat itu mempersatukan dan memperkuat ikatan ukhuwah ummat ini. Maka dari itu, setelah membangun masjid sebagai poros utama kegiatan Islam dimulailah apa yang dinamakan taakhi’. Jika dilihat dari maknanya, memang benar menjadikan saudara. Dimulailah kisah agung itu, dengan sebuah kisah menakjubkan yang seakan sulit lekang dari ingatan kita. Bagaimana kisah Abdurrahman bin Auf, seorang yang kaya dengan perniagaannya di Makkah. Dan karena cintanya pada Islam, ditinggalkanlah semua yang dimilikinya demi melaksanakan perintah Allah. Hingga hadirlah Sahabat Nabi yang mulia ini tak memiliki apapun ketika sampai di Madinah. Adalah Saad Bin Rabi’ Al Anshari, seorang Ansar yang tergolong kaya di antara penduduk Madinah saat itu. Dialah orang Anshar yang dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Abdurrahman bin Auf. Dia memiliki dua orang istri, dan beberapa harta yang sekiranya dibagi menjadi dua bagian pastilah terbagi rata. Cobalah dengar apa yang diucapkannya saat itu. “Saudaraku, aku memiliki dua orang istri. Maka pilihlah salah satunya, kemudian nikahilah ia. Dan aku juga memiliki sejumlah harta yang akan aku bagi dua denganmu. Terimalah …” Itulah ukhuwah yang diajarkan oleh Sahabat-Sahabat Rasulullah yang mulia. Pernahkah kita membayangkan ada orang yang rela memberikan segala yang dimilikinya untuk diberikan kepada saudara seimannya? Inilah contoh persaudaraan hakiki yang pelu kita contoh dalam kehidupan saat ini. Namun, dengar pula bagaimana Sahabat mulia itu menjawab tawarannya. Ia hanya berkata, “Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini.” Sa’ad kemudian menunjukkan padanya di mana letak pasar Madinah. Maka mulailah Abdurrahman berniaga di sana. Belum lama menjalankan bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mahar nikah. Ia pun mendatangi Rasulullah seraya berkata, “Saya ingin menikah, Wahai Rasulullah,” katanya. “Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?” tanya Rasul SAW. “Emas seberat biji kurma,” jawabnya. Rasulullah bersabda, “Laksanakanlah walimah, walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu. [3] Itulah salah satu dari banyaknya kisah tentang ukhuwah yang harus kita teladani. Bacalah kisah-kisah kehidupan, agar dirimu bisa lebih baik menapaki jalanan kehidupan ini. *** Referensi [1] Quran, Surat Al A’raf ayat 176 [2] Shahih Al-Bukhari, no. 3650 [3] Diringkas dari berbagai sumber yaitusaat setelah perang yarmuk. seorang sahabat nabi yg bernama ikrimah bin abu jahal tergeletak krn terkena 70 tikaman di dadanya,sedang disampingnya adalah al harist bin hisyam dan ayyasy bin abi rabiah. al harist memanggil² meminta air namun ia melihat ikrimah sangat kehausan. maka ia berkata, "berikanlah air ini kpd ikrimah" . sedangkan
Jakarta - Istilah ukhuwah sering digunakan untuk menggambarkan kehidupan bermasyarakat. Yang mana satu sama lain saling terikat dengan kebersamaan. Ukhuwah juga bisa memunculkan sikap tolong menolong, serta gotong royong sehingga tercipta ketentraman dari buku Mempererat Ukhuwah Islamiyah oleh Mila Amalia dijelaskan, ukhuwah berasal dari kata akha dalam bahasa Arab yang melahirkan kata al-akh, akhu yang berarti memberikan sebuah perhatian. Kemudian berkembang artinya menjadi sahabat atau Ar-Raghib Al-Ashfahani mengartikan ukhuwah, asal katanya adalah akhun artinya berserikat dengan yang lain, yang disebabkan oleh kelahiran dari dua belah pihak yakni satu ibu dan ayah, atau salah satunya atau disebabkan satu persusuan. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI memberi pengertian untuk kata ukhuwah, ditulis tanpa huruf 'w', menjadi ukhuah, dan memiliki arti Islam dikenal adanya sebutan ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah sering diartikan sebagai persaudaraan yang dijalin oleh sesama muslim atau persaudaraan antar sesama persaudaraan ini didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama Islam, yang mengajarkan untuk menghormati sesama muslim juga makhluk Allah dari buku Mempererat Ukhuwah Islamiyah, Rasulullah mencontohkan praktik ukhuwah islamiyah saat beliau hijrah ke Madinah. Di mana yang pertama kali Nabi SAW lakukan adalah mempersaudarakan sahabat dari Makkah dengan sahabat yang berada di yang bisa diambil yakni penting adanya nilai-nilai persaudaraan dalam suatu tatanan masyarakat muslim. Allah menjelaskan dalam Surah Al-Hujurat ayat 10اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَArab latin Innamal-mu`minụna ikhwatun fa aṣliḥụ baina akhawaikum wattaqullāha la'allakum tur-ḥamụnArtinya "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu yang bertikai dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati."Ikatan persaudaraan sesama muslim perlu dibangun dengan berlandaskan keimanan dan akidah kepada Allah, agar tercipta hubungan yang kuat. Simak Video "Kemenag Sebut Ponpes Milik Khilafatul Muslimin Tak Berizin" [GambasVideo 20detik] rah/rah
1 Menuntut ilmu dunia hukumnya fardhu kifayah. 2) Menuntut ilmu agama hukumnya fardhu 'ain. 3) Orang yang berilmu dimasukkan golongan para nabi. 4) Ilmu yang bermanfaat merupakan amal jariyah yang mengalir pahalanya. 5) Menghormati guru, ustadz dan kyai adalah dengan mengkultuskan ajarannya.
Kisah di bawah ini adalah sebuah kisah mengharukan tentang persahabatan sejati untuk mengingatkan kita semua tentang begitu indahnya ukhuwah atau persahabatan di jalan Allah. Tentang indahnya saling mencintai karenaNya, dan begitu berharganya sebuah ukhuwah titipannya ini. Meminta maaf dan memaafkan memang tidak mudah ketika hati kita sudah tersakiti dan dikecewakan. Namun, sesungguhnya ukhuwah ini terlalu berharga jika dikotori oleh keegoisan-keegoisan dan kekanak-kanakan kita. Apalagi saling mengingatkan dalam kebaikan. Kadang kita lupa untuk melakukan itu kepada saudara kita. Di sinilah konsep memahami dan memahamkan mulai kita jalankan. Bagaimana kita memahami saudara kita, berusaha memahamkan diri kita sendiri, dan memahamkan saudara kita untuk mau memahami. 1. Umar bin Khattab Kisah ini merupakan sebuah kisah yang pernah terjadi dari tokoh yang bernama Umar bin Khathab ra. Umar pernah mengatakan, “Orang yang kusukai di antara kalian adalah dia yang memberitahuku atas kesalahan-kesalahanku.”. Di antara keistimewaan Umar adalah mau mengakui kesalahannya sendiri tanpa merasa rendah diri. Dia pun tidak sungkan menyesali kesalahannya walau di hadapan orang banyak. Umar bin Khattab [image source]Dari kisah tersebut, ada hikmah besar yang perlu kita ambil dan teladani, yaitu sikap saling mengingatkan. Jika kita tersakiti atau dikecewakan oleh saudara kita, sedang saudara kita itu tidak tahu bahwa dia telah menyakiti kita, ingatkanlah dengan cara yg ahsan. Namun, sebelum kita mengingatkan saudara kita, berikan pemahaman pada diri kita sendiri, maafkanlah saudara kita itu. Carilah seribu alasan untuk memaafkannya, sebelum dia meminta maaf kepada kita. Ibaratnya sebuah batu yang akhirnya bisa hancur juga terkena tetesan-tetesan air. Begitu pun dengan keegoisan kita, yang pasti bisa hancur dan luluh juga dengan cinta. Jika memang keegoisan kita tetap kokoh walau dihujani seribu cinta, maka tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah hati dan jiwa kita masih hidup dengan baik atau tidak. 2. Umar bin Khattab dan Abu Bakar Diriwayatkan oleh Abu Umamah. Pernah suatu ketika Abu Bakar melakukan kesalahan terhadap Umar, Umar pun marah dan hendak pergi. Namun Abu Bakar menarik ujung bajunya dan meminta maaf, “maafkanlah kesalahanku, Umar….maafkanlah aku…dan semoga Allah mengampuni dosa-dosamu.” Umar masuk rumahnya dan menutup pintu, sedangkan Abu Bakar dibiarkan di luar dan tidak diajak bicara. Selang beberapa waktu, sampailah berita ini ke telinga Rasulullah. Beliau tidak terima Abu Bakar diperlakukan seperti itu. Kisah Umar bin Khattab dan Abu Bakar [image source]Ketika datang shalat dzuhur, Umar mendatangi Rasulullah dan duduk di hadapannya, tetapi Rasulullah memalingkan wajah dari Umar. Umar pun bergeser ke sebelah kanan agar bisa berhadapan dengan Rasulullah, tetapi lagi-lagi manusia mulia ini memalingkan wajahnya dari Umar. Ketika Umar merasa ada yang tidak biasa dari sikap Rasulullah, dia menjadi gemetar dan menangis kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, aku lihat engkau berpaling dariku, padahal dari dulu engkau tidak pernah melakukan ini padaku. Mungkin ada perkataan atau perbuatanku yang tidak berkenan di hatimu sehingga membuatmu marah kepadaku, sungguh tidak beruntung aku hidup di dunia jika sampai menyakitimu wahai Rasulullah.” Rasulullah menanggapi Umar, “Apakah engkau mengatakan sesuatu kepada Abu Bakar hingga kemudian Abu Bakar meminta maaf tapi engkau tidak menggubrisnya?” Setelah berkata demikian, Rasulullah berdiri dan menghadap sahabat-sahabatnya yang lain, “Ketahuilah oleh kalian semua, ketika pertama kali aku diutus Alloh kepada kalian, kalian mengatakan, Engkau pembohong’ tapi sahabatku ini Abu Bakar maksudnya mengatakan Engkau benar’. Apakah kalian akan meninggalkan dan membiarkan sahabatku ini?” Umar pun berdiri sambil berkata, “Wahai Rasulullah, aku rela Allah sebagai Tuhanku, aku rela Islam sebagai agamaku, dan aku rela Muhammad sebagai utusan Allah.”. Abu Bakar pun berdiri dan mengatakan , “Saya yang salah wahai Rasulullah, saya lah yang memulai masalah tersebut”. Umar mendekati Abu Bakar dan meminta maaf, “maafkanlah aku…semoga Allah mengampuni dosamu.” Abu Bakar menjawab, “Semoga Allah mengampunimu.” Demikianlah, rasa kecewa yang sedih dirasakan oleh Rasulullah ketika dua sahabat yang dicintainya saling berseteru. Dan begitu pun kedua sahabat Rasulullah, sangat menyesal telah melukai dan menyakiti hati Rasulullah. Sekarang, apakah kita akan menyakiti hati Rasulullah lagi, membuat beliau sedih dan kecewa, bahkan marah karena keegoisan kita hingga menyebabkan ukhuwah yang indah ini harus rapuh? Ukhuwah ini adalah titipan dari Allah kepada kita, agar kita menjaganya, merawatnya, dan mempertanggungjawabkannya kelak di akhirat. Hikmah Ukhuwah Sejati Dari Rasulullah dan Para Sahabat [image source]Ukhuwah ini terlalu berharga jika dikotori oleh keegoisan-keegoisan kita, su’udzon-su’udzon kita, sikap kekanak-kanakan kita, dan keangkuhan kita. Kita telah dipertemukan di sini oleh Allah, diikatkan oleh tali ukhuwah yang begitu suci, serta dinaungi oleh iman dan cinta kepadanya. Kekuatan ukhuwah mampu menciptakan kedamaian, mampu menghancurkan kedzoliman dan kebathilan di muka bumi ini. Ukhuwah hidup kerana cinta di dalamnya, ukhuwah suci karena hati-hati yang tulus di dalamnya. Saudaraku, masihkah kita akan menodai ukhuwah yang suci ini dengan tangan-tangan kotor kita? Dengan prasangka-prasangka buruk kita? Dengan kata-kata menyakitkan kita? Marilah kita bermuhasabah diri, segala sesuatu itu akan kembali kepadanya. Pertemuan yang indah karenaNya, semoga berakhir dengan perpisahan yang indah pula karenanya. Semoga kita bisa dipertemukan kembali di surganya yang abadi. Aamiin. Yuk saling memaafkan dan saling mengingatkan, persembahkan ukhuwah yg kokoh dan suci untuk Sang Maha Cinta, Alloh SWT. Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik ra, pembantu Rasululloh SAW, bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” Muslim. Sof BahkanRasulullah menggambarkan ukhuwah Islamiah sesama muslim itu bagaikan satu tubuh. Rasul saw bersabda: "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kecintaan, kasih sayang, kelembutan mereka seperti satu badan. Jika salah satu anggota badan sakit, maka anggota badan lainnya juga ikut merasakan sakit." (HR. Bukhari dan Muslim).
Last updated Mar 25, 2023 Tips! Cara Membuat Sarapan Sehat dalam 10 Menit RESPUBLIKA – Persaudaraan dalam Islam merupakan salah satu konsep penting yang menghubungkan seluruh umat Muslim di seluruh dunia. Ukhuwah, sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, memiliki arti persaudaraan dan hubungan erat antara dua atau lebih orang Muslim. Ukhuwah Islamiah atau persaudaraan dalam Islam tidak hanya sebatas mengucapkan salam atau memperkenalkan diri, namun lebih dari itu, ia merupakan ikatan batin yang kuat dan memiliki tujuan untuk memperkuat tali persaudaraan di antara sesama umat Muslim, Sabtu 25 Maret 2023. Untuk membangun ukhuwah yang kuat, diperlukan kesadaran akan pentingnya membangun hubungan yang baik antara sesama Muslim. Salah satu kisah yang dapat menjadi contoh tentang pentingnya persaudaraan dalam Islam adalah kisah Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar dan Umar adalah sahabat Rasulullah SAW yang memiliki hubungan persaudaraan yang sangat kuat. Dalam satu kesempatan, Umar yang sedang merasa lapar dan tidak memiliki apa-apa untuk dimakan, meminta sedikit makanan dari Abu Bakar. Abu Bakar dengan segera memberikan sebagian makanannya meskipun dirinya hanya memiliki sedikit sumber kehidupan. Beberapa waktu kemudian, ketika Abu Bakar yang telah menjadi khalifah, mendapat kabar bahwa Umar yang telah menjadi pemimpin umat Islam sedang merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya, ia segera memberikan bantuan berupa uang untuk membantu Umar dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Umar pun menjadi sangat terharu dan memuji Abu Bakar atas tindakannya yang luar biasa. Kisah Abu Bakar dan Umar mengajarkan bahwa persaudaraan dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan memberikan sedekah atau bantuan finansial, tetapi juga tentang saling memahami, menghormati, dan membantu sesama umat Muslim. Persaudaraan seperti ini dapat menghasilkan ukhuwah yang kuat dan erat, sehingga dapat menjadi landasan bagi terciptanya masyarakat Muslim yang beradab dan sejahtera. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat membangun ukhuwah dengan melakukan beberapa tindakan, seperti saling mengunjungi saat ada musibah atau kesulitan, memberikan dukungan moril atau material saat diperlukan, serta saling menghargai dan menghormati perbedaan. Dengan membangun hubungan persaudaraan yang kuat, kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan sejahtera, serta dapat membantu meningkatkan kualitas hidup umat Muslim di seluruh dunia. Secara keseluruhan, ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam adalah salah satu konsep penting yang harus dijaga dan diperkuat oleh seluruh umat Muslim. Dengan membangun persaudaraan yang kuat, kita dapat menciptakan masyarakat Muslim yang beradab, harmonis, dan sejahtera di dunia ini. Kisah Abu Bakar dan Umar dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk saling membantu, menghargai, dan menghormati sesama umat Muslim dalam upaya membangun ukhuwah yang lebih kuat. Selain itu, terdapat banyak kisah-kisah persaudaraan yang terdapat dalam sejarah Islam yang dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam membangun ukhuwah, seperti kisah persaudaraan antara Rasulullah SAW dan Abu Bakar, antara Ali dan Hasan, serta antara Utsman dan Ali. Dalam hal ini, penting bagi kita untuk memahami bahwa persaudaraan dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan hubungan di antara sesama Muslim, namun juga dengan hubungan kita dengan Allah SWT. Persaudaraan yang kuat dengan Allah dapat memperkuat hubungan kita dengan sesama Muslim dan membantu kita dalam memperkuat ikatan ukhuwah. Dalam rangka membangun ukhuwah yang kuat, kita juga perlu menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, keikhlasan, dan rasa tanggung jawab dalam diri kita. Hal ini akan membantu kita dalam membangun hubungan yang saling percaya dan saling menghargai di antara sesama Muslim. Dalam konteks masyarakat yang semakin kompleks dan heterogen, membangun ukhuwah menjadi semakin penting sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai. Oleh karena itu, marilah kita membangun ukhuwah yang lebih kuat dengan saling membantu, menghormati, dan menghargai sesama umat Muslim. Sebab, persaudaraan dalam Islam bukanlah sekedar perkataan, tetapi juga sebuah tindakan nyata yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Betapaukhuwah itu merupakan penanda iman kita. Source: tobavodjit.blogspot.com. Masya allah, begitu sabarnya abu qilabah. Repotnya bangun dan berdiri untuk qiyamul lail. Abu bakar as siddiq merupakan kisah sahabat nabi yang pertama kali membenarkan nabi muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Beliau wafat pada usia 63 tahun lebih empat hari.
Tekanan dari orang-orang musyrik semakin garang seiring keberhasilan dakwah Rasulullah saw di Makkah. Pada puncaknya, Allah swt mengizinkan Rasulullah bersama seluruh umat Muslim di Makkah untuk migrasi hijrah ke Yatsrib Madinah. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk menghindari kekerasan musuh yang sudah di luar batas, selain untuk membentuk ekosistem dakwah baru yang lebih mendukung. Persiapan hijrah Sebelum melakukan hijrah ke Yatsrib, Rasulullah sudah menyiapkan banyak hal, termasuk melakukan konsolidasi basis kekuatan Muslim di kota tujuan. Jauh hari sebelum hijrah, Rasulullah sudah mengislamkan beberapa penduduk Yatsrib. Pertama, pada tahun kesebelas dari nubuwah atau tepat saat musim haji, sebanyak enam orang Yatsrib memeluk Islam. Kembali ke Yatsrib, keenam orang itu turut mengajak penduduk setempat untuk memeluk agama Islam. Usaha mereka membuahkan hasil. Pada musim haji berikutnya, dua belas orang datang ke Makkah untuk berjuma Rasulullah. Setelah menemui Rasulullah di Mina, mereka melakukan baiat. Inilah yang dinamakan Baiat Aqabah Pertama. Seperti yang dilakukan enam orang sebelumnya, sekembali di Yatsrib dua belas orang itu mengajak penduduk setempat untuk memeluk Islam. Usaha mereka juga berhasil, bahkan lebih banyak menggalang masyarakat untuk mengikuti ajaran Rasulullah. Terbukti, pada musim haji tahun ke-13 dari nubuwah atau tepat pada bulan Juni 622 M, sebanyak 70 Muslim dari Yatsrib bersambang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Kedatangan mereka tidak hanya untuk haji, tetapi juga untuk berjumpa Rasulullah saw dan melaksanakan baiat. Ringkas hikayat, mereka bertemu Rasulullah meski dengan cara sembunyi-sembunyi. Peristiwa ini kemudian dinamakan sebagai Baiat Aqabah Kedua atau Baiat Aqabah Kubra. Safyurrahman al-Mubarakfuri, Raḫîqul Makhtûm, [Riyadh Muntada ats-Tsaqafah, 2013], h. 133-141 Memulai hijrah Semenjak peristiwa baiat aqabah kubra, Rasulullah dinilai telah berhasil memancangkan fondasi kokoh yang tidak hanya dilakukan di Makkah, tetapi juga di Yatsrib. Sejak saat itu pula, Allah mulai mengizinkan orang-orang Muslim untuk melakukan hijrah ke Yatsrib guna menghindari tekanan-tekanan orang musyrik sekaligus membangun ekosistem baru yang lebih menjanjikan untuk membesarkan Islam. Kendati begitu, keputusan hijrah memiliki konsekuensi sangat besar. Selain harus meninggalkan semua aset kekayaan Muslim di Makkah, juga harus bersiap-siap menerima respons berbahaya dan cukup berisiko dari kaum musyrik. Safyurrahman al-Mubarakfuri dalam Raḫîqul Makhtûm menjelaskan ولم يكن معنى الهجرة إلا إهدار المصالح، والتضحية بالأموال، والنجاة بالشخص فحسب، مع الإشعار بأنه مستباح منهوب، قد يهلك في أوائل الطريق أو نهايتها، وبأنه يسير نحو مستقبل مبهم، لا يدري ما يتمخض عنه من قلاقل وأحزان. Artinya “Hijrah ini bukan sebatas untuk mengabaikan kepentingan, mengorbankan harta benda, dan menyelamatkan nyawa pribadi, setelah hak-hak mereka banyak yang dirampas, akan tetapi mereka juga harus siap jika harus binasa di awal hijrah atau pada akhirnya. Hijrah ini juga menggambarkan masa depan yang belum jelas, mereka tidak tahu duka lara apa saja yang kelak menimpa setelah itu. Safyurrahman al-Mubarakfuri, h. 142 Parlemen Darun Nadwah Benar saja, setelah Rasulullah berhasil menghijrahkan para sahabat ke Yatsrib, kaum musyrik naik pitam bukan kepalang. Peristiwa hijrah ini telah berhasil membuat orang musyrik merasa khawatir. Sebab, dengan langkah ini berarti kelompok Muslim sudah semakin militan, belum lagi Yatsrib yang digunakan sebagai lokasi hijrah adalah tempat yang sangat strategis, termasuk dalam segi ekonomi karena menjadi jalur kafilah dagang yang melewati pesisir Laut Merah menuju ke Syam. Safyurrahman al-Mubarakfuri, h. 142 Penting dicatat, saat itu seluruh orang Muslim sudah berhasil hijrah ke Madinah, kecuali beberapa yang berhasil ditahan oleh orang musyrik. Posisi Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali juga masih di Makkah, menunggu restu dari Allah untuk turut hijrah. Abdussalam Harun, Tahdzibus Sîrah Ibni Hisyâm, [Bairut Muassasah ar-Risalah, 1985], h. 110 Pada hari Kamis 26 Shafar tahun 14 dari nubuwah, atau bertepatan 12 September 622 M kira-kira dua bulan setelah peristiwa Baiat Aqabah Kubra, kaum musyrik mengadakan pertemuan anggota Parlemen Makkah di Darun Nadwah yang dihadiri oleh tokoh-tokoh perwakilan setiap kabilah dari suku Quraisy. Berikut adalah nama tokoh-tokoh tersebut 1. Abu Jahal bin Hisyam dari kabilah Bani Makhzum 2. Jubair bin Muth’im dan Thu’aimah bin Adi serta Al-Harits bin Amir dari Bani Naufal bin Abdi Manaf. 3. Syaiban bin Utbah, anak Rabi’ah serta Abu Sufyan bin Harb dari Bani Abdi Syams bin Abdi Manaf. 4. An-Nadhr bin Al-Harits dari Bani Abdid-Dar, yatu orang yang pernah menimpukkan isi perut hewan yang sudah disembelih kepada Nabi Muhammad. 5. Abul Bakhtari bin Hisyam, Zam’ah bin Al-Aswad dan Hakim bin Hizam dari Bani Asad bin Abdul Uzza. 6. Nubih dan Munabbih, anak Al-Hajjaj dari Bani Sahm. 7. Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumah. Hasil pertemuan itu memutuskan agar masing-masing drai kabilah menunjuk seorang pemuda yang gagah perkasa, berdarah bangsawan, dan mampu menjadi penengah. Setelah pemuda-pemuda tersebut berhasil membunuh Muhammad, maka Bani Abdi Manaf pendukung Muhammad tidak akan sanggup melawan karena jika melawan maka sama saja Bani Abdi Manaf harus melawan semua kabilah. Tibalah waktunya orang musyrik untuk menghabisi Rasulullah. Malam hari tepat biasa Rasulullah sudah tertidur di ranjangnya, mereka sudah mengepung dan siap untuk menikam di tempat tidurnya. Sayang sekali, atas bisikan Jibril, Rasulullah sudah mengetahui rencana busuk ini. Begitu detik-detik menjelang penikaman, Ali sudah berada di ranjang menggantikan Rasulullah dengan ditutup selimut. Aksi kaum musyrik pun gagal. Sementara Rasulullah sendiri berhasil menyelinap kabur dengan mengelabuhi pandangan musuh dengan menaburi debu ke kepada mereka sambil membaca ayat Al-Qur’an وَجَعَلۡنَا مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ سَدّٗا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدّٗا فَأَغۡشَيۡنَٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُونَ Artinya “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding pula, dan Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” QS. Yasin [36] 9 Safyurrahman al-Mubarakfuri, h. 142-147 Penulis Muhamad Abror Editor Fathoni Ahmad
wnzL.
  • zciydpm8a2.pages.dev/56
  • zciydpm8a2.pages.dev/275
  • zciydpm8a2.pages.dev/49
  • zciydpm8a2.pages.dev/340
  • zciydpm8a2.pages.dev/230
  • zciydpm8a2.pages.dev/396
  • zciydpm8a2.pages.dev/338
  • zciydpm8a2.pages.dev/467
  • kisah sahabat nabi yang menggambarkan ukhuwah islamiah